Entri Populer

Jumat, 02 Maret 2012


The past, the present and the future are really one: they are today.
- Harriet Beecher Stowe.

Kamis, 01 Maret 2012

Tuhan, sebuah kisah dari dosen filsafatku

Siang itu, seorang teman bertanya pada dosen filsafat pada kelas Sejarah Pemikiran Modern (SPM). Pertanyaannya kurang lebih seperti ini
“Pak, Tuhan itu kan ada satu. Lalu kenapa saat saya bilang saya merasakan Tuhan, teman-teman saya yang lain juga bisa mengatakan hal yang sama?”
Pertanyaannya, bagi beberapa orang, mungkin terdengar “pertanyaan yang gak perlu dipertanyakan”. Dan sebelum aku memaparkan jawaban dosenku, aku penasaran jika pertanyaan ini ditujukan padamu, oleh siapapun, kira-kira apa jawabmu?
Silakan memikirkan jawabanmu sejenak :)
Sudah memikirkan dan mendapatkan jawabanmu?

Oke, ini dia jawaban dosenku
“Saya dan Ibu saya pernah memiliki percakapan seperti ini saat saya masih kecil
Dosenku (D): Mak, kan Tuhan itu dekat sama kita, tapi kenapa kita nggak bisa lihat Tuhan? Aku sama mamak yang dekat aja bisa saling lihat, kok sama Tuhan gak bisa?
Ibu dosenku (I): Nak, coba perhatikan. *mendekatkan lima jari tangannya ke wajah dosenku, kira-kira 10 cm* Kau bisa lihat tangan mamak nggak?
D: Bisa, Mak.
I: *semakin mendekatkan tangannya kira-kira 5cm* masih bisa lihat nggak?
D: Masih, Mak.
I: *mendekatkan tangannya kira-kira 2cm ke wajah dosenku* masih bisa lihat?
D: Masih, Mak.
I: Kelihatan semua nggak tangan mamak?
D: Enggak, Mak.
I: Nah, sekarang, *Menempelkan tangannya ke wajah dosenku, sampai wajahnya tertutup keseluruhan* masih bisa lihat?
D: Enggaklah, Mak.
I: Nah, seperti itulah Tuhan. Sangkin dekatnya Tuhan dengan kita, kita nggak bisa lihat Dia. Karena Tuhan lebih dekat dengan kita dari siapapun. Tuhan lebih dekat denganmu dari pada mamak ini yang bisa kau lihat sehari-hari.
D: *Mafhum dan menyimpan percakapannya baik-baik dalam memori otak dan hatinya hingga Beliau bisa menceritakannya kembali, puluhan tahun setelahnya, pada kami, “anak-anaknya”*

Lalu,beliau melanjutkan ceritanya untuk menjawab mengenai Tuhan yang adalah satu lewat percakapannya dengan ibunya. Lagi.
I: Nak, coba lihat langit. Langit ada dimana-mana, kan? Apa langit yang kau lihat sekarang beda dengan langit yang kau lihat di Aceh? (percakapan ini berlangsung di Medan)
D: Enggak, Mak.
I: Terus tanah yang kau injak sekarang apa tanah yang beda dengan tanah yang diinjak orang-orang Jakarta?
D: Enggak, Mak.
I: Itulah Tuhan, sangkin besarnya Dia sampai semua orang bisa merasakan-Nya. Seperti langit yang sebenarnya sama dan satu tapi bisa disaksikan semua orang di tempat yang berbeda, begitulah Tuhan yang Mahabesar yang bisa dirasakan oleh siapapun yang mengimani-Nya.

Begitulahhh.. :D

Jadi, adakah diantara kalian yang punya jawaban yang sama dengan jawaban dosenku?
Atau kalian punya jawaban versi kalian sendiri?
Please share, I would love to know yours :)

p.s. my lecturer is a Muslim, I am a Christian, and I couldn't agree more with him.
How bout you?