Entri Populer

Kamis, 13 Desember 2012

My 12-12-12 moments

Sebenarnya nggak ada yang "wow" banget sih di Rabu 12-12-12 ini. Memasuki detik pertama 12-12-12, semuanya normal-normal aja, gue masih berkutat dengan Bab 1-3 skripsi gue sambil tentunya baca beberapa tweet yang sebagian sudah mengandung "12-12-12" dalam kicauannya. Kecuali satu hal sih, musik instrumental gitar yang untuk pertama kali gue dengar di hari ini (yang juga berarti 'perkenalan' pertamaku dengan musisi-musisi hebat terkait). Tepat di hari ini gue akhirnya nyadar betapa mengagumkannya tangan Paul Gilbert, Eric Johnson, Jason Becker, dan Joe Satriani dalam bergitar.

Mulai mentok dalam mengerjakan skripsi dan udah berasa capek banget juga, akhirnya kira-kira pukul 3 dini hari memutuskan untuk tidur. Tidur pun biasa-biasa aja, nggak ada gangguan baik oleh mimpi maupun suara cempreng beberapa teman kosan yang biasanya tiap pagi kira-kira pukul 7 sudah bawel ngeganggu tidur gue. Gue bahkan nggak ingat apa mimpi gue begitu membuka mata (yang berarti mimpi gue luar biasa BIASA sampe gue gak ingat).

Makan siang gue juga biasa-biasa aja. Masih dari warteg yang sama tempat gue sering beli makan siang dengan menu yang paling sering dibeli pula. Selepas makan siang, akhirnya ada hal yang nggak biasa di hari ini, berupa kabar jadwal seminar proposal yang jatuh di hari Jumat ini. Gue berusaha menanggapinya dengan biasa-biasa aja. Nggak terlalu berhasil, sih.

Setelah tahu jadwal seminar itu, tentunya gue masih ngelanjutin hidup. Gue tetap profesional ngejalani jadwal ngajar tiga jam meskipun sebenarnya yang gue pengen adalah hari-hari sampe gue ntar seminar nggak terbeban dengan hal lainnya (oleh kerjaan paruh waktu ini terutama) untuk bisa nyiapin mental dan materi skripsi gue. Gue ngajar seperti biasanya. Bersikap ceria di depan murid-murid gue yang berusia kira-kira 6-11 tahun yang terbagi dalam 3 level yang berbeda. Murid-murid gue yang umurnya masih 6-7 tahun cukup menghibur hari ini. Kepolosan mereka dalam bernyayi bersama maupun secara individu benar-benar sangat menenangkan. Gue juga cukup terhibur oleh teka-teki dan celotehan mereka disela-sela belajar. Teka-tekinya sih akan terdengar garing kalau yang ngucapinnya orang dewasa biasa, tapi karena keluar dari bibir mungil mereka jadi terdengar lucu dan menggemaskan :D (Sejenak lupa dengan beban hidup di depan mata.)

Selesai ngajar, mampir sebentar ke Gramed. Niatnya sih cuma lihat-lihat, semacam rekreasi kecil-kecilan lah. Lihat beberapa novel baru dan bertambah lah Daftar "Buku yang Gue Harus Punya." Beberapa diantaranya gue foto dan sebenarnya nggak baru diterbitkan juga, sampulnya doang yang baru dan unik. Karangannya Djenar Maesa Ayu.


Niat "cuma lihat-lihat" akhirnya berakhir sebagai rencana doang. Gue nggak bisa nolak pemikiran random gue untuk beli satuuuu buku aja dari daftar "Buku yang Gue Harus Punya" demi bisa menuliskan 12-12-12 di lembar pertama setelah sampul buku (hehehe). Entah memang benar karena alasan itu atau gue-nya yang sebenarnya udah ngebet pengen bawa pulang buku yang berjudul Cinta (Tidak Harus) Mati itu, gue nggak bisa mastiin (dan nggak terlalu ambil pusing juga sih). Pastinya daftar gue berkurang satu dan sekaligus bertambah banyak juga. 

Setelah kurang lebih satu jam mampir dari satu rak ke rak lain hingga membawa buku tulisan Henry Manampiring itu ke kasir, akhirnya gue turun ke lantai dasar dan tentunya nggak langsung menuju shelter Transjakarta. Gue keliling lagi di lantai dasar, lihat beberapa pernak-pernik natal dan lainnya selama kurang lebih setengah jam. Mulai berasa capek dan lapar akhirnya gue beranjak ke shelter. Di shelter pun biasa-biasa aja. Karyawan-karyawan TJ masih itu-itu aja, nggak ada wajah baru yang setampan Hyun Bin, misalnya :))

Nyampe kosan, duduk beberapa menit di ruang TV sambil mikir mau beli makan apa untuk dinner. Acara TV pun seperti biasa, nggak ada yang menarik, Keluarga Cemara tak lagi diputar di TV pun ulangannya. Jadilah TV yang menonton gue yang nyumpel satu telinga dengan headset sambil serius menatap layar ponsel. Gak lama telinga yang bebas dari sumpelan headset akhirnya menangkap sinyal dari bapak penjual sate. Belakangan kan lagi pengen banget makan sate madura, jadilah tanpa ragu nyetop si bapak dan mesan sate ayam. Makan malam gue hari ini nggak biasa, akhirnya :')

Sambil menunggu satenya siap dilahap, gue ngobrol sama teman kosan. Satu lagi kabar nggak biasa nyampe ke telinga, tentang dosen penguji di seminar nanti dan jadwal sidang akhir yang dengar-dengar tak sampai 2 bulan dari sekarang. Jantung kembali berdetak lebih cepat begitu mendengar nama si Bapak-yang-namanya-suka-kudengar akan menjadi penguji gue. Dosen favorit gue banget sih, tapiii.. ya gitu deh..

Sate udah jadi dan kabar nggak biasa yang tadi gue dengar nggak mengurangi kelahapan gue dalam menyantap habis (minus satu tusuk) si ayam. Kelar makan sate, normalnya sih gue harusnya langsung buka laptop dan ngeberesin yang perlu diberesin dari bab 1-3 gue, ya? Tapi berhubung ketidaknormalan gue lagi kambuh, alih-alih buka laptop dan buka folder skripsi, gue malah baca buku yang tadi gue beli. Gue baca beberapa bab, mandi, kelar mandi buka laptop baru dehhh...... nulis post ini (Iya, gue belum buka folder skripsi gue sampe sekarang :| )

Ngomong-ngomong, dari beberapa bab buku yang gue beli itu, sejauh ini gue suka tulisannya. Dan berhubung si penulis nggak suka astrologi dan sejenisnya, makin cinta lah gue sama si Oom Piring ini (hehe).

Begitulah gue di Rabu 12-12-12 ini.. :))

Selasa, 23 Oktober 2012

Tentang SocMedFest2012

Rasanya baru kemaren, 2 hari berturut-turut melangkahkan kaki dari satu booth ke booth yang lain, dari talkshow yang satu ke yang lainnya, mengecap wawasan-wawasan baru dari orang-orang hebat nan menginspirasi pada bidang masing-masing, nonton konser gretongan yang menampilkan Everyone for All, Kikan, BARRY LIKUMAHUWA PROJECT (yang paling kutunggu ;D) dan sederet artis lainnya. Yup, I'm talking about Social Media Festival 2012 (SocMedFest2012) yang berlangsung 12-14 Oktober kemaren :))

Acaranya HEBAT! Walaupun gratis (teteeeup :p) kegiataan-kegiatan yang disediakan keren-keren. Jadi tulisan kali ini sekaligus untuk apresiasiku pribadi pada pihak2 yang mendukung terselenggaranya socmedfest2012
*membungkuk hormat*

Ini sedikit "oleh-oleh" dari socmedfest2012...

op..op..oppa Gangnam Style XD
gangnam style by Smartfren 

flash mob by [at]idberkebun (if I'm not mistaken)
nari rame-rame dengan sayur-sayuran sebagai pom-pom. x)) 



stand up comedy by Ernest
(sangat menghibur :)))



yang paling ditunggu, Barry Likumahuwa!! :D



Everyone For All and Kikan


Socmedfest ini sebenarnya berlangsung 3 hari (Jumat sampai Minggu) tapi karena hari Jumatnya ada kerjaan, jadi aku baru bisa ikutan hari Sabtu dan Minggu. Selama dua hari itu aku benar-benar banyak dapat pengetahuan baru dari beberapa talkshow yang aku ikuti.  Salah satu pengetahuan baru yang kudapat itu mengenai Rhesus Darah. Thanks to kakak2 dari Blood for Life dan Rhesus Negatif Indonesia untuk pengetahuan, cek darah dan cek rhesus yang diberikan. Lewat mereka aku jadi tahu pentingnya mengetahui rhesus dan apa rhesus darahku.

Aku baru tahu kalau ternyata di Indonesia golongan darah orang-rhesus dengan rhesus positif itu ada 99% (aku diantaranya), sisanya berhesus negatif. Padahal untuk transfusi darah, TERNYATA, ada aturan khusunya. Jadi pemilik rhesus negatif nggak boleh ditransfusi dengan darah rhesus positif karena sistem pertahanan tubuh si penerima donor akan menganggap darah (rhesus positif) dari donor itu sebagai "benda asing" yang perlu dilawan seperti virus atau bakteri (aku lupa, itu berlaku sebaliknya atau enggak : / ) Jadi, bisa dibayangkan kesulitan seseorang dengan golongan darah rhesus negatif saat butuh donor darah? :|

Selain itu, TERNYATA (lagi) wanita dengan rhesus darah negatif akan berpotensi mengalami "kehamilan beresiko" kalau nggak tau rhesus darahnya sejak dini. Wanita dengan rhesus positif bila hamil dari pria dengan rhesus positif ataupun negatif tidak bermasalah. Beda dengan Wanita dengan rhesus negatif, kalau hamilnya dari pria dengan rhesus positif akan beresiko timbul masalah pada kehamilannya (jika darah ibu rhesus negatif bercampur dengan darah jenis rhesus positif, secara alamiah tubuh ibu akan membentuk antibodi). Tapi kalau wanita dengan rhesus negatif hamil dari pria dengan rhesus negatif itu tidak bermasalah.

Oia, lewat talkshow ini, aku yang punya golongan darah B rhesus positif ini jadi semakin pengen untuk rutin donor darah :) Semoga terlaksana dalam waktu dekat..

Sekian dulu mengenai socmedfest2012 nyaaa..
Kalau tahun depan masih di Jakarta dan ada socmedfest2013 aku akan dengan sukacita kembali hadir :))



Rabu, 17 Oktober 2012

Little Things Called happiness

One of things I really love to do is giving presents for and from myself. Each time I got money I'd like to spend some to do my hobby "giving a gift (s) for and from myself" (can it be called a hobby? ;D). Since I really love reading novels, the presents I usually got are novels.

On Wednesday, October 10th, I got my salary. After working for about 33 hours in a month, I decided that I deserved some presents from and for myself :)). The place where I work is close to Gramedia. It only needs about ten minutes walking to get there. So, I walked faster and merrier than usual. Couldn't wait to get  my presents :))

And these are presents I get from and for myself...


In Gramedia I bought book Kisah Lainnya and Ost of Perahu Kertas. After hardly prevented myself not to buy other books (novels, to be more specific) I left Gramedia to get another present, watching Perahu Kertas part 2 :))

Anyway, I just remembered that Perahu Kertas novel is one of gifts from and for myself :)) Since I like to write the time and the place I bought my novels, I can surely say that I bought the novel two years ago, in April 3rd at TMBookstore, Depok (someday I will write why I love buying books in the store). And the novel is an Easter gift from and from myself. One of great gifts that I get ;))



The next pay day is about 20s day to come but I have had the lists of presents I will get ;)

Sabtu, 06 Oktober 2012

Random Thought


Several days ago I installed a game name Bubble Shooter on my cell phone. The game is quite easy to play. Hanya perlu mengarahkan satu Bubble ke Bubble lainnya yang sewarna untuk mendapatkan poin hingga semua Bubble habis dan bisa lanjut ke level berikutnya.


penampakan Bubble Shooter ;p


Meski (terlihat) mudah, aku beberapa kali harus mengulang satu level sampai lebih dari 5 kali untuk akhirnya bisa lanjut ke level berikutnya ;))

Seperti biasa kalo udah main game, main game yang satu ini pun aku suka lupa waktu. Kalau udah mulai main nih game, beberapa kali aku baru berhenti kalau batere HP sudah panas atau ngasih tanda kalau baterenya udah mau habis (yang artinya sudah main nih game 2-3 jam), atau tangan dan mata sudah “teriak-teriak” untuk diistirahatkan.

Pada suatu waktu, waktu aku lagi asyik main game ini, sebuah pemikiran muncul. Kalau main game kacrut ini aku nggak menyerah gitu aja saat gagal di beberapa level, HARUSNYA gitu juga dalam realitas hidupku.  Saat aku menginginkan sesuatu untuk diraih atau saat aku merencanakan sesuatu HARUSNYA aku lebih gigih berusaha (atau seenggaknya sama gigihnya ketika aku main game dan bisa menuntaskan level demi level). Saat main game semacam Angry Bird, Plants vs Zombies, Dinner Dash, dll,  semakin gagal dalam level2 tertentu, biasanya semakin penasaran lah saya untuk terus mencoba, main lagi dan lagi (berusaha) hingga akhirnya bisa lanjut ke level berikutnya.

Ah, semoga aku selalu (atau setidaknya sering) bisa lebih gigih dalam memainkan “peran” ku dalam realitas hidup ini. Nggak mudah nyerah gitu aja saat gagal pada satu 'level', berjuang untuk bisa lanjut ke 'level' berikutnya hingga akhirnya meraih 'sasaran'. :)

*Now Listening Life is Wonderful :))

Senin, 03 September 2012

Filsafat dalam Lagu


Man in the Mirror
Oleh: James Morrison



I'm gonna make a change,
for once in my life
It's gonna feel real good,
gonna make a difference
Gonna make it right...

As I, turn up the collar on
my favorite winter coat
This wind is blowing my mind
I see the kids in the streets,
with not enough to eat
Who am I to be blind?
Pretending not to see their needs

A summer disregard, a broken bottle top
And a one man soul
They follow each other on the wind ya' know
'Cause they got nowhere to go
That's why I want you to know

I'm starting with the man in the mirror
I'm asking him to change his ways
And no message could have been any clearer
If you wanna make the world a better place
Take a look at yourself, and then make a change

I've been a victim of a selfish kind of love
It's time that I realize
That there are some with no home, not a nickel to loan
Could it be really me, pretending that they're not alone

A willow deeply scarred, somebody's broken heart
And a washed-out dream
(Washed-out dream)
They follow the pattern of the wind ya' see
'Cause they got no where to be
That's why I'm starting with me

(You gotta get it right, while you got the time)
('Cause when you close your heart)
You can't close your... your mind!
(Then you close your... mind!)
That man, that man, that man, that man
With the man in the mirror
That man, that man, that man,
I'm asking him to change his ways
(Better change!)
You know... that man

I'm gonna make a change
It's gonna feel real good!
Come on! Just lift yourself
You know
You've got to stop it,Yourself!
I've got to make that change, today!
You got to
You got to not let yourself... brother
(Yeah! - Make that change!)
You know - I've got to get
that man, that man...
You've got to
You've got to move! Come on!
You got to...
Stand up! Stand up! Stand up!
Stand up and lift yourself, now!
Gonna make that change... come on!
You know it! Make that change.


Sumber lirik: http://www.lyricstime.com/james-morrison-man-in-the-mirror-lyrics.htm


Pada bait pertama lagu ini terdeskripsi mengenai seseorang yang bertekad untuk membuat suatu perubahan positif dalam hidupnya. Ia menyadari perubahan itu akan terasa nyata. Ia bertekad untuk membuat sesuatu yang berbeda dan tepat. Sebagai manusia yang memiliki hati dan pikiran, keinginan untuk membuat suatu perubahan pasti terjadi dalam setiap pribadi. Ide untuk membuat suatu perubahan itu sendiri bisa muncul dari peristiwa-peristiwa yang pernah dialami manusia. Dalam sekian banyak peristiwa yang bisa dialami manusia selama masa hidupnya, pasti ada setidaknya satu atau dua peristiwa yang memberikan kesan sendiri pada pribadinya. Dari kesan-kesan itulah suatu ide bisa muncul. Seperti pendapat David Hume yang menyatakan bahwa ide-ide adalah copyan dari kesan.

Dalam lagu ini, peristiwa yang memberi suatu kesan dideskripsikan pada bait kedua. Pada bait ini diceritakan bahwa orang tersebut menyaksikan anak-anak jalanan yang kekurangan makanan pada suatu malam di musim dingin. Pada saat itu ia sadar ia tidak bisa “buta” melihat keadaan tersebut, ia tidak bisa berpura-pura tidak melihat apa yang menjadi kebutuhan mereka. Dilanjutkan pada bait ketiga yaitu lanjutan peristiwa yang disaksikan orang tersebut. Dia sadar bahwa anak-anak itu tidak punya tempat berlindung dari dinginnya udara. Mereka masih anak-anak, namun harus merasakan kerasnya hidup, tidak hanya tidak punya cukup makanan, tapi juga harus menahan dinginnya udara di jalanan. Dari peristiwa inilah ide untuk membuat suatu perubahan muncul.

Tokoh dalam lagu ini sadar bahwa perubahan yang baik, untuk dirinya sendiri maupun orang lain, harus dimulai dari diri sendiri. Seperti terurai pada bait berikutnya, bahwa ia akan memulai merealisasikan ide perubahan itu dengan lelaki yang ada di cermin (dirinya sendiri). Ia bertekad untuk mengubah jalan hidupnya. Ia sadar bahwa tidak ada pesan yang lebih jelas dari peristiwa yang sudah ia lihat sendiri. Keputusan untuk mengambil tindakan perubahan dimulai dari diri sendiri merupakan salah satu aspek hidup manusia yang terpenting menurut Kierkegaard. Menurut tokoh eksistensialisme tersebut kegiatan terpenting manusia adalah mengambil keputusan kemudian melalui pilihan yang kita buat, menciptakan kehidupan kita dan menjadi diri sendiri. Pria tersebut menyadari eksistensinya, bahwa yang menentukan pilihan adalah diri sendiri, bukan orang lain. Itu sebabnya ia mengajak orang-orang yang ingin membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik, mereka juga harus melihat diri mereka sendiri dan kemudian membuat suatu perubahan.

Sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah budaya modern, banyak orang pasti sering menyaksikan atau bahkan menjadi pelaku invidualitas, yaitu mengutamakan kebutuhan sendiri dan cenderung tidak perduli dengan orang-orang di sekitar, apalagi yang tidak dikenal. Tuntutan kebutuhan dan kecekatan dalam beraktivitas sering menjadi pemicu banyak masyarakat modern menjadi “buta” atau pura-pura “buta” dengan kebutuhan orang lain.

Meski hidup di tengah-tengah budaya modern, pria dalam lagu ini bertekad untuk tidak menjadi individu yang egois. Ia bertekad dan mengajak orang-orang lainnya untuk melakukan perubahan sama seperti dirinya. Ia sadar bahwa pilihannya menentukan makna hidupnya. Ia akan membuat perubahan tersebut dengan baik selama ia masih punya waktu untuk melakukannya.

Rabu, 08 Agustus 2012

#CerpenPeterpan Skripsi pasti Berlalu


Besok Reta akan bertemu dosen pembimbing skripsinya. Dalam sebulan ini ia sudah mengunjungi perpustakaan milik kampusnya maupun kampus lain, membaca beberapa skripsi, dan mencari informasi melalui google. Dari usahanya itu ada beberapa teori yang menarik perhatiannya, yaitu eksistensialisme, materialisme, dan hiperrealitas.

Sebenarnya ia paling tertarik dengan teori eksistensialisme setelah membaca skripsi di salah satu perpus yang ia datangi. Skripsi milik alumni yang bukan dari kampusnya itu membahas mengenai eksistensialisme dalam drama kontemporer Amerika. Setelah ia membaca skripsi itu ia terinspirasi untuk menggunakan teori yang sama untuk menganalisis novel. Sayangnya, ia tak tahu novel apa yang cocok untuk dianalisis dengan menggunakan teori itu. Hal yang sama terjadi pada teori materialisme.

Untuk teori hiperrealitas, ia sebenarnya sudah menemukan corpus yang akan ia analisis. Namun pengetahuannya akan teori ini belum sebaik pengetahuannya mengenai eksistensialisme ataupun materialisme. Jadilah ia masih terus mencari dan mencari judul cadangan dengan membaca beberapa student papers pada Institutional repository website sebuah universitas.

Beberapa jam berlalu. Ia tak kunjung mendapat ide.

Di tengah kepenatannya, dari sebelah kamar kostannya terdengar suara Ana menyenandungkan lagu

Semua yang membebaniku
Sungguh.. membebaniku..
Sungguh.. membebaniku..
Sungguh.. membebaniku..

Dari obrolan antar sesama penghuni kamar kostan, Reta mendengar kalau tiga hari yang lalu Ana putus dengan pacarnya setelah setahun lebih berpacaran. Ia tak heran kalau dari kamar yang persis berada di sebelah kanan kamarnya itu sering terdengar lagu-lagu menyayat hati.

Lemah tetap menari
Langkahku...
Mencoba tetap berdiri, ku menangis...
Masih tetap mencari jalanku
Memahami beban itu

Ia kembali mendengar suara Ana yang menyanyikan lagu milik Peterpan itu tanpa cacat. Andai suaraku sebagus suara Ana. Harap Reta.

Tak berapa lama, Reta keluar dari kamarnya sambil bernyanyi

Semua yang membebaniku
Skripsi.. membebaniku..
Skripsi.. membebaniku..
Skripsiii.. membebaniku..

Iren yang kamarnya persis di depan kamar Reta tertawa mendengarnya bernyanyi lengkap dengan ekspresi seseorang yang benar-benar sedang memiliki beban yang berat.

*

“Bagaimana? Apa judul skripsi kamu, Reta?” ibu Rosi, dosen pembimbing Reta, langsung bertanya begitu Reta duduk di depan meja kerjanya.
“Emm, sebenarnya saya pengen pakai teori eksistensialisme, Bu, untuk skripsi saya. Tapi saya belum tahu novel apa yang mau saya analisis, Bu,” tutur Reta apa adanya.
“Begitu, ya?! Selain eksistensialisme kamu tidak ada cadangan teori yang lain?”
“Ada sih, Bu. Hiperrialitas. Kalau saya pakai teori hiperrealitas untuk menganalisis situs fan page, menurut ibu gimana?”
“Lho, itu kan sudah ada yang mengajukan. Kalau tidak salah Dani beberapa hari yang lalu sudah mengajukan itu pada saya.”
Reta langsung lemas begitu mendengar pernyataan bu Rosi.
“Begini Reta, sebenarnya selain ingin menanyakan judul yang ingin kamu ajukan, saya sebenarnya mau menawarkan sebuah proyek skripsi untuk kamu,” ucap Bu Reta setelah hening beberapa menit.
“Proyek apa, Bu?” tanya Reta tak bisa menyembunyikan ketertarikannya.
Bu Rosi kemudian menceritakan proyek yang ia maksud. Jadi ia butuh lima mahasiswa untuk melakukan semacam survey. Dari penjelasan Bu Rosi, Reta bisa menyimpulkan kalau ia menerima proyek ini ia akan banyak berhubungan dengan alumni-alumni kampusnya dan perusahaan/lembaga tempat mereka bekerja.
“Kamu nggak harus jawab sekarang,” ucap bu Rosi.
“Iya, Bu. Saya perlu waktu untuk mempertimbangkannya,” jawab Reta.
“Oke. Paling lama minggu depan saya tunggu jawaban kamu, ya. Kalau pun kamu tidak mau ikut proyek ini, tidak apa-apa. Saya tetap akan jadi dosen pembimbing kamu. Tapi minggu depan kamu juga coba ajukan judul yang lain, ya.”
“Iya, Bu.”

Reta melangkah keluar dari ruang dosen dengan keyakinan yang sama ketika ia masuk: beban skripsi pasti berlalu.
*

Rabu, 01 Agustus 2012

Interpretasi Lagu Life is Wonderful

Berawal dari tugas kuliah untuk menganalisis lagu. Aku harus memilih beberapa lagu untuk dianalisis dengan menghubung-hubungkannya dengan filsafat. Jelas, ini bukan interpretasi yang dalam. Tujuanku sendiri menampilkan hasil analisisku ini hanya untuk berbagi ide/pendapat. Jika ada yang tidak sepakat, aku siap untuk menampung pendapat lain :)

Inilah dia satu dari beberapa lagu yang ku interpretasikan :D


Life is Wonderful
 Jason Mraz

It takes a crane to build a crane
It takes two floors to make a storie
It takes an egg to make a hen
It takes a hen to make an egg
There is no end to what I'm saying
It takes a thought to make a word
And it takes some words to make an action
And it takes some work to make it work
It takes some good to make it hurt
It takes some bad for satisfaction

Ah la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la la life goes full circle
Ah la la la la life is wonderful
Ah la la la la la

It takes a night to make it dawn
And it takes a day to make you yawn brother
And it takes some old to make you young
It takes some cold to know the sun
It takes the one to have the other
And it takes no time to fall in love
But it takes you years to know what love is
And it takes some fears to make you trust
It takes those tears to make it rust
It takes the dust to have it polished
Ah la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la la life goes full circle
Ah la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la

It takes some silence to make sound
And it takes a lost before you found it
And it takes a road to go nowhere
It takes a toll to make you care
It takes a hole to make a mountain

Ah la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la life goes full circle
Ah la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la life is meaningful
Ah la la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la life is meaningful
Ah la la la la la la life is full of
Ah la la la la la life is so full of love
Ah la la la la la life is wonderful
Ah la la la la la la life is meaningful
Ah la la la la la life is full of
Ah la la la la la life is so full of love

Sumber lirik: http://www.sing365.com/music/lyric.nsf/life-is-wonderful-lyrics-jason-mraz/75b5e49931ba7f9c4825704b00140acf

 Lagu ini menyatakan bahwa hal-hal yang terjadi dalam kehidupan merupakan hasil dari proses. Salah satu proses yang harus dilalui adalah proses berpikir. Untuk membuat satu kata pun manusia sering kali juga memerlukan pemikiran apalagi bila dikaitkan dengan jati diri manusia sebagai mahkluk sosial yang perlu berinteraksi. Bisa dibayangkan kekacauan yang akan timbul jika manusia mengungkapkan kata apapun yang terlintas dalam pikirannya tanpa proses penyaringan dalam pikiran mengenai kata apa yang sesuai, tepat, dan sebisa mungkin tidak menyinggung perasaan orang yang berinteraksi dengannya. Lalu dengan kata-kata pula manusia bertindak. Tidak setiap manusia adalah makhluk yang berinisiatif. Tidak sedikit manusia yang harus mendengar kata-kata perintah atau permintaan bantuan dulu baru mau bertindak.

Dalam kehidupan manusia juga memiliki pengalaman. Pengalaman-pengalaman yang dilalui sering kali untuk mendapakan keberhasilan dan perasaan puas dalam hidup. Untuk mencapai keberhasilan dan kepuasan manusia perlu bertindak. Tindakan yang diambil tidak hanya satu atau dua tindakan saja. Manusia seringkali harus menentukan banyak tindakan yang perlu dilakukan untuk menuju suksesnya. Dalam proses bertindak itu adalah wajar jika manusia mengalami perasaan-perasaan terluka dan senang yang bisa saja muncul bergantian atau malah bersamaan.

Pada bait ke empat lagu ini menekankan bahwa dalam kehidupan ada proses dan pengalaman yang harus dilalui manusia. Bahwa butuh satu malam yang terlalui sebelum fajar menyinsing, butuh satu harian untuk akhirnya mendatangkan kantuk pada manusia. Pengalaman-pengalaman yang dilalui manusia lalu bisa menciptakan rasa. Seperti pengalaman-pengalaman yang menuntun manusia memasuki usia lanjut yang tetap bisa membuat manusia itu berjiwa muda. Kemudian ada juga pengalaman merasakan dingin yang akhirnya bisa membawa manusia untuk mengetahui bagaimana matahari dan kehangatannya.

Banyak manusia yang mudah jatuh cinta namun tidak sedikit pula yang butuh waktu bertahun-tahun lamanya sebelum akhirnya sadar apa sebenarnya cinta itu. Di sinilah konsep pengalaman ditekankan. Lewat pengalaman, manusia merasakan jenis perasaan yang berbeda-beda. Sebagai mahkluk yang memiliki rasa, tentu manusia tidak hanya mengenal rasa cinta saja. Manusia juga memiliki rasa takut, percaya, sedih, dan sebagainya. Namun rasa percaya bisa saja berasal dari pengalaman setelah mengalahkan rasa takut, dan air mata sering kali tidak terhindarkan untuk pada akhirnya bisa melupakan rasa sedih.

Lagu ini mengisahkan betapa pentingnya pengalaman dan rasa dalam hidup tanpa mengabaikan pentingnya rasio. Pemikiran positif yang bisa disimpulkan lewat lagu ini adalah bahwa indah dan berartinya hidup bergantung pada bagaimana rasio manusia memaknai rasa dan pengalaman yang ia lalui dalam hidupnya. Lagu ini bisa menginspirasi pendengarnya untuk menghargai serta memaknai hidup dan menganggap hidup itu indah disamping kesulitan-kesulitan dan perasaan-perasaan yang tidak selalu bahagia yang harus manusia hadapi.

Disamping pemikiran positif dalam lagu ini, para pendengar juga bisa menangkapa persepsi berbeda yang bisa menjadi negatif bagi dirinya sendiri. Konsep bahwa hidup itu indah dalam lagu ini bisa saja menciptakan sikap malas atau pasrah. Jika memang hidup itu indah, para pendengar yang menanggapi lagu ini dengan cara yang berbeda, di samping pemikiran positif yang disediakan oleh lagu ini, bisa saja menjadikan alasan hidup indah sebagaimana adanya membuat mereka menerima begitu saja atau cepat puas dengan hidup mereka, yang sebenarnya bisa lebih dari apa yang sudah mereka dapatkan.

bagaimana menurut mu? :))

Sabtu, 28 Juli 2012

Mungkin Nanti #CerpenPeterpan


Hari ini hari terakhir UAS Semester Pendek. Seusai ujian aku merasakan beratnya kaki ini melangkah keluar kelas meski soal yang diujikan sudah kujawab semua. Aku bahkan sudah dua kali membaca ulang baik pertanyaan maupun jawaban. Sebelum tuntas membaca ulang untuk yang ke tiga kalinya aku akhirnya membalik lembar jawaban lalu menyeret kaki menuju pintu.

Begitu membuka pintu, mataku langsung menangkap sosok yang sudah sangat kukenal bahkan jika ia membelakangiku. Beberapa langkah dari tempatku tercenung ia berdiri, menantiku. Pertemuan terakhir kami kira-kira dua minggu yang lalu. Saat ia mendapati kebodohanku.

Waktu itu tanpa kusadar sepasang matanya mengawasiku dari mulai aku memasuki sebuah cafe dengan menggamit mesra tangan pria yang tak ia kenal, memesan makanan dan minuman, menikmatinya sambil diselingi candaan dua sejoli yang terlihat sedang kasmaran. Aku masih tidak sadar hingga aku melewati meja tempat ia dan teman-temannya sedang ngobrol saat aku akan ke toilet.

Sedetik, mata kami beradu, namun ia cepat-cepat mengalihkan pandangannya dan terlibat dalam percakapan, ikut tertawa bersama teman-temannya. Aku kenal sorot mata itu, sorot yang mencerminkan kalau si empunya tidak sedang benar-benar tertawa.

Saat aku sudah berada di dalam toilet, sekujur tubuhku bergetar. Untuk sekedar berdiri tegak pun rasanya sulit. Di atas dudukan toilet aku terduduk lemas, mengulas kembali kejadian 30 menit yang lalu. Entah karena panik atau tidak rela, aku tak bisa mengingat apapun selain sorot mata yang sebelum hari ini selalu menatapku hangat selama kurang lebih 3 tahun kami kuliah dan berpacaran ditambah 3 tahun kami duduk di bangku SMA dan berteman baik. Dan dadaku sesak membayangkan betapa momen 30 menit bisa mengandaskan kebersamaan selama enam tahun. Pelupuk mata ikut mengekspresikan kekacauan yang kualami.


Cukup lama aku berdiam di dalam ruang sempit namun terasa dipenuhi mahkluk-makhluk yang bersukacita menyaksikan ketololanku. Pada menit ke sekian, Aldi, pria yang datang ke kafe ini bersamaku akhirnya menghubungi ponselku. Aku sedikit tersentak mendengar dering ponselku sendiri. Tak tahu harus bilang apa, akhirnya aku memutuskan untuk tidak menjawab telepon itu dan mengumpulkan keberanian melangkah keluar dari toilet.

Saat aku kembali melewati meja tempat Tian, kursi tempatnya tadi duduk sudah kosong. Takut-takut aku melirik pada wajah-wajah yang menduduki kursi-kursi tempat teman-temannya tadi berada, yang sekarang ternyata sudah diduduki orang yang berbeda. Selama itukah aku di toilet?

Aldi menghampiriku yang berdiri tidak jauh dari toilet.

“Kamu kenapa?” tanyanya, khawatir.

Aku terdiam sejenak. “Di, aku sakit perut, kita balik sekarang, ya.” Ucapku sambil meninggalkannya, mengambil tasku, keluar dari kafe dan masuk ke taksi yang barusan menurunkan penumpangnya persis di depan kafe.

“Alexa...” kudengar panggilan tertahan Aldi sebelum aku menutup pintu taksi.

Di dalam taksi, ponselku tak henti-hentinya berdering dari satu pemanggil yang sama, Aldi. Setelah mengirim pesan singkat bahwa aku baik-baik saja dan bohong kalau aku sedang dalam perjalanan ke rumah sakit terdekat untuk periksa akhirnya dering-dering itu berhenti.

***

Dua jam lebih aku menanti di ruang tamu kostannya, Tian tak kunjung datang. Di masa-masa normal hubungan kami, aku pasti sudah ngambek bahkan jika ia membuatku menunggu hanya 15 menit.
Memasuki jam ke tiga, dengan wajah kusutnya akhirnya ia muncul dari balik pintu.

“Oi, Yan, parah lu! Cewek lu uda nunggu tiga jam gitu. Dari mana aja lu?” Ucap Dion, teman sekostannya yang berpapasan dengannya.

Ia hanya nyengir menanggapi ocehan Dion lalu duduk persis di sebelahku. Namun mata itu seakan tak sudi menatapku. Alih-alih mata itu fokus pada layar TV yang menayangkan berita.

Puluhan menit berlalu begitu saja. Aku tak tahu harus apa. Untuk sekedar memanggil nama pendeknya saja lidah ini kelu.

“Yan...” panggilku pelan, akhirnya memberanikan diri.

Tidak ada respon. Kesunyian kembali menyergap.

“Yaan...” panggilku lagi, sedikit lebih keras dari sebelumya.

“Hmm?” responnya.

Aku terdiam lagi. Kucoba merangkai kata, namun yang akhirnya keluar hanya, “Maaf...” diiringi air mata.

Ia akhirnya membalikkan badan, menghadapku. Dalam diam kemudian ia berdiri, “Kita omongi di kamarku aja,” ucapnya pelan sambil beranjak. Aku menyusulnya.

Aku berdiri canggung di kamar yang selalu tertata rapi dan juga harum setiap kali aku berkunjung. Aku jarang masuk ke kamarnya, namun setiap kali ke sini aku belum pernah mendapati kamar ini kotor tak terurus, bau rokok – Tian bukan perokok, pengap dan deskripsi kebanyakan kamar cowok lainnya.
Tian duduk di atas kasur yang menghadap lemari pakaiannya. Aku memilih kembali duduk di sampingnya.

“Sudah berapa lama?” tanyanya. Kali ini ia menatapku, tanpa tatapan menuduh.

Aku tak langsung menjawab. Ku coba menyusun kata hingga akhirnya memutuskan menceritakan semuanya, sejujur-jujurnya.

“Aku kenal dia dua bulan yang lalu. Dia teman SMA Fira. Waktu aku ke mall bareng Fira nggak sengaja ketemu dia, Fira mengenalkan dia ke aku,” uraiku berusaha menjelaskan. “Aku nggak ada hubungan apa-apa sama dia, Yan,” tambahku.

“Fira anak ekonomi?” ia memastikan. Aku mengangguk, masih menunduk.

“Kamu suka sama dia?”

Spontan, aku mendongak, “Enggak, sayang, beneran aku nggak ada perasaan apa-apa ke dia,” yakinku.

“Dia yang suka kamu kalau begitu?”

Aku kembali menunduk. Tak berani meng-iya-kan.

“Yan, aku mohon maafin aku...” ucapku lirih.

Tak ada respon. Namun tak berapa lama tanpa kuduga ia memegang satu tanganku.

“Aku butuh waktu untuk mikirin semuanya. Kamu, aku, dan hubungan kita,” ucapnya tanpa ada nada marah sedikitpun.

“Dua minggu, aku rasa cukup untuk kita saling introspeksi diri. Jadi selama dua minggu ke depan baiknya kita nggak ada komunikasi sama sekali dulu, sekalian kamu fokus nyiapin diri untuk UAS SP ntar,” ucapnya tegas, tanpa tanya setujukah aku dengan idenya.

Dulu aku jatuh cinta pada sosok ini karena ketenangannya. Tiga tahun pacaran ia selalu menemukan alasan untuk memaafkan aku yang teledor dan tidak sabaran. Betapa aku berharap saat ini ia mengumpatku sepuasnya lalu tanpa perlu jeda dua minggu kemudian memaafkanku.

***

Dalam perjalananku pulang ke kostan, percakapan di awal tiga bulan kami jadian terngiang di kepalaku.
“Lex, kelak kalau kamu bosan pacaran denganku kamu ngomong aja ya,” ucapnya. Aku mengernyit mendengar pernyataannya kala itu. “Dari semua sifat negatif manusia aku paling benci ketidaksetiaan. Jadi, ya... aku lebih mudah ngizinin kamu untuk nyoba pacaran dengan cowok lain ketimbang mendapati kamu diam-diam nggak setia sama aku.”

Tanpa bisa kucegah air mata kembali membasahi pipiku. Kalau saja aku mengingat ucapannya ketika ide untuk memanfaatkan rasa suka Aldi padaku muncul di permukaan, di tengah-tengah kejenuhan hubunganku dan Tian.

***

“Kamu apa kabar?” ucapku membuka percakapan sekaligus juga benar-benar bertanya sesampainya kami di gazebo yang sore ini lengang. Pada masa perkuliahan aktif gazebo ini selalu ramai dihuni oleh para mahasiswa. Namun berhubung saat ini adalah masa liburan dan hanya sebagian kecil mahasiswa yang ikut Semester Pendek wajar saja hanya ada kami berdua kali ini.

“Seperti yang kamu lihat, aku sehat,” ucapnya tersenyum.

“Udah maafin aku?” tanyaku, aku sendiri bisa mendengar getar dalam suaraku.

Ia tak langsung merespon. Jantungku berdebar tanpa mampu kukontrol.

“Maafin kamu sebenarnya udah, dari pertama kamu minta maaf sebenarnya aku udah maafin kamu,” jawabnya akhirnya, namun jantungku tak semakin menurun kecepatannya berdetak.

Aku diam. Menunggu kalimatnya selanjutnya, yang kuharap tidak ada.

“Dua minggu ini aku berusaha ngelupain kejadian di kafe. Aku gagal. Dua minggu ini juga aku berusaha ngumpulin keyakinanku bahwa kejadian itu nggak akan pernah terulang lagi. Aku gagal lagi. Aku berusaha mengingat momen-momen kita bersama. Kupikir banyaknya momen itu akan cukup kuat untuk memusnahkan satu momen itu. Ternyata aku salah, momen itu ternyata punya banyak bayangan hingga tiap kali aku mengingat kenangan-kenangan kita ia selalu berhasil menyusup dari satu kenangan ke kenangan lainnya. Dan ia selalu menang, meyakinkanku kenangan akan tetap menjadi kenangan, tapi kamu juga aku bukan lagi sosok yang sama yang berperan dalam kenangan-kenangan itu,” ucapnya panjang lebar.
Menyadari ke mana pembicaraan akan berujung, sekuat tenaga aku menyembunyikan derasnya air yang sanggup mengalir dari kedua mataku.

“Aku memutuskan untuk menyudahi hubungan kita dan mengubur semua kenangan kita. Itu satu-satunya cara yang bisa kulakukan untuk bisa menepis kejadian di kafe itu dan kemudian hidup tanpa membencimu,” putusnya.

***

Setibanya di kamar kostku aku tak kuasa meredam air mata yang terus menerus mengalir. Air mata penyesalan atas kebodohanku, ketidaksetiaanku, dan atas pelitnya Tian untuk sudi memberiku kesempatan ke dua. Tidak setiap orang beruntung untuk mendapatkan kesempatan ke dua. Aku mendengar sudut pikiranku menginformasikan.

Sayup-sayup, dari kamar salah satu teman kostanku aku menangkap suara Ariel yang menyenandungkan lirik pada bagian

Dan mungkin bila nanti kita ‘kan bertemu lagi
satu pintaku jangan kau coba tanyakan kembali
rasa yang kutinggal mati seperti hari kemarin saat semua di sini

Dan bila hatimu termenung, bangun dari mimpi-mimpimu
membuka hatimu yang dulu cerita saat bersamaku
Tak usah kau tanyakan lagi simpan untukmu sendiri
semua sesal yang kau cari semua rasa yang kau beri

Sebelum hari ini, aku sangat menyukai lagu ini. Dan sebelum hari ini juga, aku sejujurnya tak pernah berusaha benar-benar menyimak kemudian memahami mengenai apa lagu ini sebenarnya. Kini lagu ini seolah dipesan khusus oleh Tian untuk menyampaikan kekecewaan sekaligus kekesalannya padaku.

Mungkin, langkah tepat yang bisa kuputuskan saat ini adalah membiarkannya mengubur semua kenangan yang pernah kami lalui bersama. Dua minggu memang terlalu singkat untuk bisa melupakan kebersamaan kurang lebih enam tahun, kan? Kelak, aku akan membuatnya mencintaiku dari awal lagi, memantapkan percayanya padaku, hingga nanti bersama-sama kami akan menciptakan kenangan-kenangan baru tanpa perlu mengungkit kenangan sebelum hari ini.


Kamis, 17 Mei 2012

"Go" and "Went"

Me : *asking my five students (around 5-6 years old)* Who know what is the different between "go" and "went"?
Student 1 : Go means pergi, went... I don't know what is went.
Student 2 : Go is two letters, went is four letters.
Me : "..." *Ok, it's not a wrong answer, but it is an unexpected, surprised answer!*
:D

Jumat, 02 Maret 2012


The past, the present and the future are really one: they are today.
- Harriet Beecher Stowe.

Kamis, 01 Maret 2012

Tuhan, sebuah kisah dari dosen filsafatku

Siang itu, seorang teman bertanya pada dosen filsafat pada kelas Sejarah Pemikiran Modern (SPM). Pertanyaannya kurang lebih seperti ini
“Pak, Tuhan itu kan ada satu. Lalu kenapa saat saya bilang saya merasakan Tuhan, teman-teman saya yang lain juga bisa mengatakan hal yang sama?”
Pertanyaannya, bagi beberapa orang, mungkin terdengar “pertanyaan yang gak perlu dipertanyakan”. Dan sebelum aku memaparkan jawaban dosenku, aku penasaran jika pertanyaan ini ditujukan padamu, oleh siapapun, kira-kira apa jawabmu?
Silakan memikirkan jawabanmu sejenak :)
Sudah memikirkan dan mendapatkan jawabanmu?

Oke, ini dia jawaban dosenku
“Saya dan Ibu saya pernah memiliki percakapan seperti ini saat saya masih kecil
Dosenku (D): Mak, kan Tuhan itu dekat sama kita, tapi kenapa kita nggak bisa lihat Tuhan? Aku sama mamak yang dekat aja bisa saling lihat, kok sama Tuhan gak bisa?
Ibu dosenku (I): Nak, coba perhatikan. *mendekatkan lima jari tangannya ke wajah dosenku, kira-kira 10 cm* Kau bisa lihat tangan mamak nggak?
D: Bisa, Mak.
I: *semakin mendekatkan tangannya kira-kira 5cm* masih bisa lihat nggak?
D: Masih, Mak.
I: *mendekatkan tangannya kira-kira 2cm ke wajah dosenku* masih bisa lihat?
D: Masih, Mak.
I: Kelihatan semua nggak tangan mamak?
D: Enggak, Mak.
I: Nah, sekarang, *Menempelkan tangannya ke wajah dosenku, sampai wajahnya tertutup keseluruhan* masih bisa lihat?
D: Enggaklah, Mak.
I: Nah, seperti itulah Tuhan. Sangkin dekatnya Tuhan dengan kita, kita nggak bisa lihat Dia. Karena Tuhan lebih dekat dengan kita dari siapapun. Tuhan lebih dekat denganmu dari pada mamak ini yang bisa kau lihat sehari-hari.
D: *Mafhum dan menyimpan percakapannya baik-baik dalam memori otak dan hatinya hingga Beliau bisa menceritakannya kembali, puluhan tahun setelahnya, pada kami, “anak-anaknya”*

Lalu,beliau melanjutkan ceritanya untuk menjawab mengenai Tuhan yang adalah satu lewat percakapannya dengan ibunya. Lagi.
I: Nak, coba lihat langit. Langit ada dimana-mana, kan? Apa langit yang kau lihat sekarang beda dengan langit yang kau lihat di Aceh? (percakapan ini berlangsung di Medan)
D: Enggak, Mak.
I: Terus tanah yang kau injak sekarang apa tanah yang beda dengan tanah yang diinjak orang-orang Jakarta?
D: Enggak, Mak.
I: Itulah Tuhan, sangkin besarnya Dia sampai semua orang bisa merasakan-Nya. Seperti langit yang sebenarnya sama dan satu tapi bisa disaksikan semua orang di tempat yang berbeda, begitulah Tuhan yang Mahabesar yang bisa dirasakan oleh siapapun yang mengimani-Nya.

Begitulahhh.. :D

Jadi, adakah diantara kalian yang punya jawaban yang sama dengan jawaban dosenku?
Atau kalian punya jawaban versi kalian sendiri?
Please share, I would love to know yours :)

p.s. my lecturer is a Muslim, I am a Christian, and I couldn't agree more with him.
How bout you?

Sabtu, 21 Januari 2012

When Dreams (Finally) Come True

Apa saja impian2mu yg uda terwujud?

kali ini gw pengen nyeritain hal2 yg berkesan dr pengalaman2 gw di tahun 2011. Pengalaman yg juga merupakan wujud nyata impian gw :)
karena keterbatasan memori gw dalam mengingat sesuatu jd gw hanya akan menceritakan hal2 yg membekas di hati gw aja yee..
yakali seorang atau lebih yg membaca tulisan ini ada yg termotivasi .. B-)

Begini, dari dulu (gw lupa kpn tepatnya) gw suka baca (pengecualian untuk text-books) tulisan2 orang yg berwujud cerpen, cerbung, novelet, novel, dll. Setiap kali selesai baca tulisan orang lain (khusunya tulisan yg menarik, versi gw) ada sesuatu yg menggelitik diri gw untuk mengikuti jejak penulis tersebut, menulis ceriita yg menarik versi gw dan orang lain. Jadilah waktu SMA gw mulai nyoba2 nulis cerpen dan nekat ngirimin cerita gw ke beberapa majalah. Dari sekian (gw lupa berapa cerpen pastinya) cerpen yg gw kirim, tak satu pun yg pernah dimuat. Gw sedih, tapi ngga sampe buat gw nyerah.

Gw ingat tulisan pertama gw yg dimuat di salah satu majalah remaja bukanlah dalam bentuk cerpen. Tulisan itu dalam bentuk curhatan gw. Jadi ceritanya gw pernah baca majalah remaja yg punya rubrik tempat curhatan. Iseng, karna gw baca untuk curhat yg dimuat bakalan dikasih hadiah, gw ngirim curhat gw. Dan gw sama sekali ngga nyangka kalo curhat gw itu dimuat dan gw juga dapet hadiah (meski ternyata hadiahnya ngga sesuai dgn hadiah yg memotivasi gw ngirim curhatan itu). Rasanya gimana gitu ngelihat tulisan sendiri dimuat di majalah dan dibaca ribuan pasang mata di negara ini, ya meskipun dalam bentuk curhat.. Oia, ini terjadi beberapa tahun yg lalu sih, bukan di tahun 2011 :D

Nah, dari masa-masa SMA itu sampe sekarang gw (ud jadi mahasiswa semester 7) masih nyoba ngais rezeki  di bidang penulisan hingga akhirnya pepatah "kalo rezeki ga akan kemana" gw alami. Tulisan gw, CERPEN GUE, akhirnya dimuat di salah satu majalah negeri ini B-) Bermula dari tugas mata kuliah 'Creative Writing,' dosen gw ngasih tugas nulis cerpen dlm bhs inggris. Tema cerpennya bebas. Setelah mengingat kenangan2 gw yg bisa gw dramatisir dgn imajinasi gw, jadilah cerpen gw, my first English Short Story. Selama ini gw cm nulis cerpen dalam bhs Indonesia. Dan kalo bukan krn dpt tugas dr dosen, gw yakin smp skrg gw blm nulis English Short Story. Jadilah cerpen pertama gw dimuat di majalah edisi Juni. Senang, sih, tapi jujur aja gw ngga puas dgn ide ceritanya. Kelewatan biasa menurut gw. Tapi pastinya gw bersyukurlah akhirnya salah satu impian gw terwujud..

Lalu, impian gw berikutnya yg terwujud adalaaaah.... DAVID ARCHULETA dan WESTLIFE 
Maksud gw, gw ini kan salah satu penikmat musik. Dari zaman gw ga ngerti apa maksud "Flying Without Wings" dulu (umur gw kira2 8-9 tahun kali yee), gw uda demen bener sm WESTLIFE. lagu2 bahasa Inggris yg pertama kali gw denger dan suka ya lagu2 mereka itu. Gw inget dulu sangkin penasarannya dengan arti lagu2 yg mereka nyanyiin, gw yg waktu itu adalah siswa SD yg sangat polos dengan suka cita menerjemahkan lirik lagu2 mereka :D Gw juga sempat iri dgn Sherina yg seumuran dgn gw bisa nyanyi bareng mereka. Dan dari lagu I Have A Dream yg mereka nyanyikan itu, gw pun jg punya mimpi untuk kelak bisa melihat boyband favorit gw itu langsung. 
Dan ponsel gw yg belakangan suka bikinn gw kesal jadi saksi terwujudnya impian gw, tepat pada 5 Oktober 2011 :')) Gw akhirnya ngalami momen "Flying without Wings" sangkin senengnya. Ya meskipun jarak gw dgn mereka saat tampil di Istora Senayan ga deket2 amat, seenggaknya gw uda bener2 liat Kian, Nick, Mark dan Shane secara langsung. Istimewanya lagi, impian gw ini bisa terwujud ngga lepas dr bantuan Simpati dan pengoorbanan sahabat gw, Flo. Ya, sebagai mahasiswa dr keluarga yg bukan jutawan, ngeluarin beberapa ratus ribu untuk nonton konser bukan sesuatu yg mudah dilakukan. Nyadar dgn kemampuan kantong, gw mulai mencari info pembagian tiket nonton konser yg belakangan suka diadain di twitter. Saat gw nyari2 di internet, ada pesan masuk ke nomor modem gw yg saat itu pake Simpati. Gw masih nyimpen pesan singkat nya,

Name/Number: TELKOMSEL
Time: 2011-10-01 16:01:25
Content:   Dptkan tiket GRATIS konser Westlife hanya dgn menukar 2000 Poin di Radio OZ Kemang tgl 3 Okt jam 14-19, Jml terbatas, S&K berlaku. Cek Poin ktk POIN krm ke 777

Asli gw teriak begitu baca pesan. Gw langsung cek poin gw. Cukup banyak ternyata. Setelah itu gw ngabarin ke anak kosan yg gw tau jg suka dgn Westlife. Waktu itu hari Sabtu, kita pun sepakat hari Senin ke OZ radio. Masalah muncul, hari Senin adalah jadwal ngajar gw dr pkl 14.00 WIB - 17.00 WIB. Gw ngga bisa ninggalin kerjaan gw dong. Singkat cerita akhirnya gw nitip ke dua teman gw yg pergi ke OZ, eh ternyata penukaran poin ga bisa dititipin. Setiap orang hanya bisa dapat 1 tiket meski dia punya 2 nomor berbeda yg masing2 punya poin lbh dr 2000. Sedih? Bangeeeeet..

Ngeliat gw yg bermuram durja, akhirnya pada hari H, Flo mengikhlaskan tiket punyanya ke gw dgn catatan gw ngeganti biaya yg uda dia keluarin waktu pergi ke OZ. Senang, tp juga agak gak enak sama Flo. Nah, sebagai wujud terima kasih gw, tulisan blog gw yg ke dua ini gw dedikasikan untuk FLOREN AGNESIA SINAGA. Thank you so much, girl.. You do help me to make my dream come true :')


Sedangkan David Archuleta, hmmm... gw juga nyaksiin Doi manggung secara langsung di PTC (Ponds Teenage Concert) Lapangan D Senayan. Bermodalkan beli 3 ponds seharga gocap, biaya transportasi ke OZ dan untuk hari H nya, jadilah gw liat langsung idola gw sejak gw SMA itu. Perjuangan pulang pergi kosan-OZ Radio yg cukup menguras tenaga dan kantong akhirnya terbalaskan dgn penampilan keren David pada 16 Juli 2011. Meskipun cuaca saat itu mendung dan bahkan hujan lebat yg membuat lapangan jadi becek, semangat gw untuk liat David nyanyi live ga berkurang, sedikitpun. Meski gw harus nunggu berjam-jam untuk liat David (gw nyampe di lapangan D kira2 pkl 5 sore, David nya baru manggung kira2 pkl. 10 malam) dan ditinggal teman gw, gw tetap girang nugguin David. Setelah nyaksiin artis2 lokal kayak SM*SH, Nidji, J-Rock, Afgan, Kotak, dan banyak lagi, ya nampil mulai dari sore, akhirnya tiba giliran David. Panggung pun sepenuhnya milik David. Dan gw lupa brp usia gw. Bersama ABG2, para Archangels lainnya gw nyanyi2 bareng, lompat2 pokoknya gw berasa masih anak belasan tahun deeeh.. :D
Sulit mengungkapkan gimana bahagianya melihat dan mendengar langsung suara idola yg tinggal bermil-mil jauhnya.


Di tahun 2011 gw juga, untuk pertama kalinya, nonton Java Jazz. Lagi, bermodalkan tiket pemberian sepupu gw, akhirnya gw bisa nonton. Gratis! xD
jujur aja, sebenarnya gw ngga gitu ngikuti musik jazz. Satu-satunya musisi yg pernah diundang di festival ini yg gw kenal itu cuma JasonMraz. Tapi ngga berarti gw ngga nikmati musik ini.


Lalu momen spesial lainnya adalah.... part time job..
Di malam ulang tahun gw, salah satu doa gw adalah supaya Tuhan kasih gw kesempatan untuk ngalami kuliah sambil kerja. Ngga nyampe 2 bulan kemudian, junior gw di kampus nawari kerjaan ngajar. Wohoo, jawaban Tuhan emang ngga terduga akal manusia yaa... :)
Meski awalnya status gw cm nge gantiin guru di English Course tempat gw ngajar (yg artinya harus siap diberhentiin kapanpun), gw bisa ngajar di tempat itu lebih dari 3 bulan. Dan kalau bukan karena gw harus PKL, sampe sekarang gw sebenarnya masih bisa ngajar di tempat itu.. Ahhh, gw jadi kangen sama murid2 gw..

Yang gw dapat dr pengalaman gw ini,  pertama: gw bisa dapatkan apa yg gw inginkan kalo gw benar2 berusaha mendapatkannya, manusia butuh orang lain untuk membantu mewujudkan impiannya (bijaklah dalam berteman dan bersahabat :D) jadi jalinlah hubungan yang baik dengan sesama, siapapun. And the last but not the least, doa itu emang besar kuasanya.. So, jangan hanya berupaya, berdoa jugalah pada-Nya, dan sebaliknya.
Nah, itu sebagian kisah gw di tahun 2011, kisah ketika sebagian impian gw akhirnya menjadi nyata :)
What's yours??