Entri Populer

Rabu, 08 Agustus 2012

#CerpenPeterpan Skripsi pasti Berlalu


Besok Reta akan bertemu dosen pembimbing skripsinya. Dalam sebulan ini ia sudah mengunjungi perpustakaan milik kampusnya maupun kampus lain, membaca beberapa skripsi, dan mencari informasi melalui google. Dari usahanya itu ada beberapa teori yang menarik perhatiannya, yaitu eksistensialisme, materialisme, dan hiperrealitas.

Sebenarnya ia paling tertarik dengan teori eksistensialisme setelah membaca skripsi di salah satu perpus yang ia datangi. Skripsi milik alumni yang bukan dari kampusnya itu membahas mengenai eksistensialisme dalam drama kontemporer Amerika. Setelah ia membaca skripsi itu ia terinspirasi untuk menggunakan teori yang sama untuk menganalisis novel. Sayangnya, ia tak tahu novel apa yang cocok untuk dianalisis dengan menggunakan teori itu. Hal yang sama terjadi pada teori materialisme.

Untuk teori hiperrealitas, ia sebenarnya sudah menemukan corpus yang akan ia analisis. Namun pengetahuannya akan teori ini belum sebaik pengetahuannya mengenai eksistensialisme ataupun materialisme. Jadilah ia masih terus mencari dan mencari judul cadangan dengan membaca beberapa student papers pada Institutional repository website sebuah universitas.

Beberapa jam berlalu. Ia tak kunjung mendapat ide.

Di tengah kepenatannya, dari sebelah kamar kostannya terdengar suara Ana menyenandungkan lagu

Semua yang membebaniku
Sungguh.. membebaniku..
Sungguh.. membebaniku..
Sungguh.. membebaniku..

Dari obrolan antar sesama penghuni kamar kostan, Reta mendengar kalau tiga hari yang lalu Ana putus dengan pacarnya setelah setahun lebih berpacaran. Ia tak heran kalau dari kamar yang persis berada di sebelah kanan kamarnya itu sering terdengar lagu-lagu menyayat hati.

Lemah tetap menari
Langkahku...
Mencoba tetap berdiri, ku menangis...
Masih tetap mencari jalanku
Memahami beban itu

Ia kembali mendengar suara Ana yang menyanyikan lagu milik Peterpan itu tanpa cacat. Andai suaraku sebagus suara Ana. Harap Reta.

Tak berapa lama, Reta keluar dari kamarnya sambil bernyanyi

Semua yang membebaniku
Skripsi.. membebaniku..
Skripsi.. membebaniku..
Skripsiii.. membebaniku..

Iren yang kamarnya persis di depan kamar Reta tertawa mendengarnya bernyanyi lengkap dengan ekspresi seseorang yang benar-benar sedang memiliki beban yang berat.

*

“Bagaimana? Apa judul skripsi kamu, Reta?” ibu Rosi, dosen pembimbing Reta, langsung bertanya begitu Reta duduk di depan meja kerjanya.
“Emm, sebenarnya saya pengen pakai teori eksistensialisme, Bu, untuk skripsi saya. Tapi saya belum tahu novel apa yang mau saya analisis, Bu,” tutur Reta apa adanya.
“Begitu, ya?! Selain eksistensialisme kamu tidak ada cadangan teori yang lain?”
“Ada sih, Bu. Hiperrialitas. Kalau saya pakai teori hiperrealitas untuk menganalisis situs fan page, menurut ibu gimana?”
“Lho, itu kan sudah ada yang mengajukan. Kalau tidak salah Dani beberapa hari yang lalu sudah mengajukan itu pada saya.”
Reta langsung lemas begitu mendengar pernyataan bu Rosi.
“Begini Reta, sebenarnya selain ingin menanyakan judul yang ingin kamu ajukan, saya sebenarnya mau menawarkan sebuah proyek skripsi untuk kamu,” ucap Bu Reta setelah hening beberapa menit.
“Proyek apa, Bu?” tanya Reta tak bisa menyembunyikan ketertarikannya.
Bu Rosi kemudian menceritakan proyek yang ia maksud. Jadi ia butuh lima mahasiswa untuk melakukan semacam survey. Dari penjelasan Bu Rosi, Reta bisa menyimpulkan kalau ia menerima proyek ini ia akan banyak berhubungan dengan alumni-alumni kampusnya dan perusahaan/lembaga tempat mereka bekerja.
“Kamu nggak harus jawab sekarang,” ucap bu Rosi.
“Iya, Bu. Saya perlu waktu untuk mempertimbangkannya,” jawab Reta.
“Oke. Paling lama minggu depan saya tunggu jawaban kamu, ya. Kalau pun kamu tidak mau ikut proyek ini, tidak apa-apa. Saya tetap akan jadi dosen pembimbing kamu. Tapi minggu depan kamu juga coba ajukan judul yang lain, ya.”
“Iya, Bu.”

Reta melangkah keluar dari ruang dosen dengan keyakinan yang sama ketika ia masuk: beban skripsi pasti berlalu.
*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar